Sabtu, 09 April 2011

ANAK KU LAHIR

NAMA BUAT ANAKKU
BY SUNARNO

PAGI TERASA NYAMAN
EMBUN SEAKAN TAK MAU MENGHILANG
MENGANTUNG DI PUCUK2 DAUN

SUARA MERINTIH KUDENGAR SAMAR
SEAKAN ENGGAN KUBUKA MATA
TAPI SUARA ITU SEMAKIN SERING TERDENGAR

SESOSOK TERLIHAT DI POJOK SISI TEMPAT TIDUR
SEDIKIT MEMBUNGKUK
TERUS MERINTIH

KUPAKSA MEMBUKA MATA
ADA APA DENGAN ISTRIKU
JANGAN- JANGAN

MAS ADIK MAU LIHAT DUNIA
BAHAGIA KURASA
BERGEGAS KUAJAK KE QUEEN LATIFA

BARU JAM 16.17 BAYIKU BISA MELIHAT IBUNYA
SIAPA DIA AKU BINGUNG MANGGILNYA
" RAKYAN BUMI NAROTAMA "

SELAMAT DATANG INI AKU AYAHMU

PUPUK CAIR ORGANIK JOGLO TANI 1

PUPUK CAIR CAIR TIMBUL JOGLO 1
BY TIMBUL SUNARNO (RND JOGLO TANI)


Latar Belakang
Rusaknya tanah petani menjadikan berbagai jenis pupuk padat yang diaplikasikan ke dalam tanah lewat perakaran menjadi kurang efektif akibat keberadaan aneka jenis pupuk padat tersebut belum siap diserap oleh tanaman, air dalam tanah terlalu kering atau berlebihan. Seringkali juga petani baru menyadari adanya unsur tertentu yang kurang-dibutuhkan oleh tanaman ketika tanaman tersebut sudah ditanam, sehingga bilamana unsur tersebut diberikan melalui tanah juga tidak efektif. Pupuk organic cair pada dasarnya adalah sebuah teknologi untuk menjawab berbagai kendala kesulitan akar dalam menyerap nutrisi bagi tanaman secara cepat.

Tujuan :
 Petani memahami berbagai jalur dan proses penyerapan nutrisi oleh tanaman
 Petani memahami kekurangan dan kelebihan pupuk organik cair
 Petani mampu mengidentifikasi sumber-sumber bahan yang mungkin dipakai dalam pembuatan pupuk organik cair di wilayahnya
 Petani mampu membuat berbagai jenis pupuk cair untuk kebutuhan umum dan spesifik

Materi :
Penyerapan nutrisi oleh tanaman dapat dilakukan melalui akar maupun daun. Akar dapat menyerap baik dalam bentuk padat maupun cair ataupun gas tetapi daun hanya dapat menyerap yang berbentuk cair ataupun gas saja. Penyerapan oleh daun dapat terjadi ketika tanaman haus unsur cair dan dibantu ketika proses pemasakan oleh sinar matahari. Karena langsung mengenai daun yang bersifat muda dan lunak maka dosis yang diberikan harus kecil dan tidak boleh panas agar tidak merusak daun tersebut.
Pupuk cair ini mudah menguap akibat udara panas, penyinaran tinggi oleh sinar matahari dan tercuci oleh air hujan. Dengan kondisi tersebut maka pemberiannya sebaiknya mengenai bagian bawah daun dan penyemprotan dilakukan tidak dalam kondisi jenuh air atau hujan. Karena sifatnya yang mudah diserap maka akibat dari penerapan pupuk organik cair akan cepat terlihat pada tanaman. Dengan menyeleksi bahan yang akan dipakai dalam pembuatan pupuk cair sesuai kebutuhan jenis dan umur tanaman akan dihasilkan jenis pupuk organik cair spesifik.
Berbagai jenis pupuk organik cair yang dibuat oleh petani sebaiknya berbahan baku lokal sehingga memang sudah teruji cocok untuk lokasi tersebut.
 POC Air Kencing Sapi

Cara Pembuatan :
1. Buatlah saluran penampung air kencing sapi di kandang
2. Campurkan air kencing sapi (1 bagian) dengan air (1 bagian)
3. Semprotkan campuran air kencing tersebut 2 s/d 3 kali seminggu pada tanaman/tanahnya

(sumber : Natural Crops Protection in The Tropics, Gaby Stoll, AGROECOL, 1998)

Catatan penulis : sebaiknya campuran tersebut diuji dulu pada beberapa tanaman yang akan disemprot. Bila tanaman yang diuji menjadi layu maka perlu ditambahkan air pada campuran tersebut. Di dalam penggunaan pupuk organik cair sebaiknya lebih sering meskipun dosisnya kecil. Apalagi pada tanah berpasir, udara panas, atau musim penghujan.

 POC ala Karangwuni

Bahan dan alat :
1. lethong (kotoran sapi)
2. urine (air kencing)
3. tetes tebu/gula
4. botol aqua
5. air

Cara pembuatan :
1. 15 buah botol aqua diisi dengan tlethong sapi/kambing sampai 2/3 bagian.
2. Tambahkan air sampai setinggi 10 cm dari tinggi lethong.
3. Tutup rapat-rapat dan simpan di tempat teduh tidak terkena sinar matahari selama 2 minggu.
4. Setelah 2 minggu disaring dan akan didapatkan 3 botol dengan isi 2/3 bagian cairan hasil saringan.
5. Tambahkan 1 sendok makan tetes tebu atau gula pasir dan urine.
6. Tutup dan simpan selama 24 jam.

Penerapan :
Campurkan setiap 4 gelas pupuk cair dengan 17 liter air, kemudian disemprotkan bagian daun dan batang tanaman 1X/minggu setiap pagi atau sore hari. (Catatan : untuk memperkaya kandungan unsur hara pada pupuk cair tersebut dapat ditambahkan pisang ambon).

 POC Kotoran Lele dan Pasta Lele

Cara Pembuatan “Biang POC”
1. Siapkan kolam kering seluas 4 m2 dengan kedalaman 1m
2. Taburi kolam dengan 4 zak (50 kiloan) tlethong/inthil/mBelek Gemak dengan merata
3. Masukkan air sampai kedalaman 10 cm dan biarkan hingga kolam berwarna hijau
4. Masukkan air lagi sampai kedalaman 60 cm
5. Masukkanlah “lele banthongan” sebanyak 20 kg
6. Beri makan pelet ikan formula 1:4 secukupnya setiap pagi dan sore selama 2 minggu
7. Setelah 2 minggu maka ikan dipanen
8. Ambillah air dan lumpur kolam tersebut sebagai “biang” untuk pupuk cair tersebut

Cara Pembuatan Pupuk Cair “Lele”
1. Aduklah air dan lendhut lele
2. Campurkan bahan-bahan sbb :
 Air lendhut lele (10 bagian)
 Air kelapa (1 bagian)
 Tetes tebu (1 bagian)
 Urine (10 bagian)
 Kotoran kelelawar (1 bagian)
3. Masukkan campuran tersebut dalam klenthing kemudian ditutup rapat selama 2 minggu
4. Pupuk cair sudah jadi dan siap digunakan setelah diencerkan 50X

Cara Pembuatan Pasta “Lele”
1. Siapkan urine 20 lt…..Masukkan Jrigen 30 literan dan tutup rapat selama 3 minggu.
2. Siapkan tetes tebu 20 CC dan air 1 kelapa satu butir… dan campurkan dalam larutan no.1 yang sudah jadi ……kemudian dikocok.
3. Siapkan kotoran kelelawar 5 kg dengan lumpur lele kering 10 kg kemudian dimasukkan dalam larutan campuran no.2 hingga menjadi pasta kemudian ditutup rapat.
4. Simpan selama 1 minggu dengan gas dibuka setiap pagi dan sore.
Pupuk pasta sudah jadi dan siap digunakan setelah diencerkan 100 kali, digunakan pada tanaman sejak umur 1 minggu, kemudian diulang setiap 7-15 hari tergantung jenis tanaman, umur tanaman, kondisi tanaman, kondisi cuaca dan jenis tanah.

 POCr Batang Pisang Kluthuk

Cara Pembuatan
1. Siapkan bahan-bahan yang berupa gula tebu/tetes tebu/madu (1 kg), Batang pisang kluthuk segar dengan daunnya(1 kg) serta batang kangkung (1/2 kg), serta tempayan non aluminium (sebaiknya terbuat dari keramik/tanah liat).
2. Irislah batang pisang menjadi lembut secara hati hati sehingga tidak rusak dan banyak air yang keluar.
3. Campurkan ¾ gula/tetes tebu/madu dengan irisan kangkung-batang pisang.
4. Masukkanlah kedalam tempayan dan diatur agar menjadi padat, kemudian masukkan pula sisa gula/tetes/madu secara merata.
5. Tutup rapat dan simpan ditempat yang sejuk jauh dari sinar matahari selama 2 minggu.

Penggunaan
Sebagai pupuk daun, encerkan larutan tersebut dengan air perbandingan 1 : 1000 (1 sendok makan dengan 10 liter air). Kemudian semprotkan pada daun di pagi hari.

_____________________

Rabu, 30 Maret 2011

PENYILANGAN PADI

Banyak varietas padi lokal unggulan
Joglo konsent terhadap kelestariannya
Ada upaya pemuliaan yang dilakukan
Walau sederhana...
Tapi terbukti...hasilnya mantap

PINGIN MERASAKAN JADI PETANI

KEGIATAN TEMU KELOMPOK TANI DI JOGLO TANI

KUNJUNGAN MENTERI PERTANIAN

SUASANA LAIN DI JOGLO




Suara bebek menjadi musik yang indah
Tidak bising tapi merdu
Semangat terbangun mendengar alunannya
Melihat ibu2 bekerja seakan terpacu

BELAJAR EKOLOGI TANAH ALA JOGLO




Petani dapat mengenal sawahnya
Jenis tanahnya tanpa harus ke laboratorium
Rekomendasi yang benar adalah yang mereka buat

JOGLO TANIKU

Inilah wajah joglo tani
tempat pelatihan dan sekaligus showcase
Kecil sejuk alam pedesaan
Nyaman walau tidak mewah

Selasa, 29 Maret 2011

BERTANI JAWA

KONSEP BERTANI JAWA
BY TIMBUL SUNARNO



TANI
• diTrawang Abang diudaNi Ireng (Dilihat sepintas berwarna
merah, tapi jika dicermati dan dikupas berwarna hitam):
Pertanian memang terlihat gampang dan serba jelas, akan tetapi
dalam prakteknya pertanian adalah serba gelap, banyak resika kegagalan
yang harus ditanggung.
• Gendong Gentong, Kesandung etung: Gentong yang tidak
punya “leher” akan sulit digendong karena tidak ada peganggannya.
Hal ini sama dengan dunia pertanian yang tidak ada patokan
atau panduan bagaimana melakukannya secara benar. Kondisi
ekosistem pertanian yang bersifat dinamis dan spesifik mejadi pedoman
abadinya.
. Madu ujude, Pahit rasane: Madu yang seharusnya berasa
manis tapi kenyataannya terasa pahit. Kondisi ini seperti kondisi
pertanian yang sebenarnya tumbuh baik tapi tidak bisa panen, dan
yang seharusnya panen baik tapi tidak laku.

BERTANI
• Ulah Timbangan (Mengembangkan Keseimbangan): Bertani
mutlak mengikuti keseimbangan alam. Sifat alam yang terus
berubah dan keanekaragaman tinggi menjadi rujukan bertani. Usahatani
yang hanya mengelola satu komoditi akan sangat rawan.
• Ngarah Lor Kidul Keno (Membidik utara, Selatan juga kena):
Bertani harus menghasilkan banyak produk yang kadang bertolak
belakang. Selain produk utama, produk samping juga tidak kalah
nilai ekonominya.
• Angon Masa Kala (Memperhatikan saat dan situasi): Bertani
diwajibkan selalu memperhatikan dan peka terhadap kondisi dan
situasi. Kondisi potensi dan masalah lingkungan, situasi masyarakat
dan lembaga terkait usaha, menjadi pertimbangan untuk melakukan
usahatani.

PETANI
• Saguh Gagah Ora Wegah (Jika sudah niat jangan
malas): Petani adalah profesi yang membanggakan jika berhasil.
Jika ingin memperoleh hasil salah satu syaratnya adalah
giat dan tekun.
• Anatapi Kabisane (Memanfaatkan Kemampuan): Petani
yang hidup di alam pedesaan sebenarnya punya kemampuan
diri dan lingkungan yang tinggi. Modal manusia, sosial, alam,
fisik, dan finantial harus dimanfaatkan untuk mendapatkan
keuntungan.
• Gambuh Ngambuh (Bersenyawa dan menyerap):
Petani harus berhubungan dengan banyak pihak. Dan selama
menjalin hubungan dengan pihak lain harus berpandai-pandai
untuk menyerap apapun yang bersifat baik. Informasi, pengalaman,
ilmu pengetahuan, adalah air bernilai yang meski
diserap.


USAHA TANI
• Ngudi Winih (Mengelola Benih): Benih adalah sumber
kehidupan yang mengadung Bobot, Bebet, bibit yang dapat
diartikan sebagai sifat fisik, kimia dan biologi.
• Gemi Lemi (Menyimpan Liat): Liat adalah salah satu partikel
tanah yang berfungsi sebagai menyimpan makanan. Liat
dapat dibentuk dari bahan organik yang telah terurai sempurna.
Mengelola bahan organik berarti menyimpan makanan
untuk sekarang dan akan datang.
• Angon Banyu (Mengatur air): setetes air mengadung
jutaan kristal air yang menjadi bahan baku kehidupan. Mengatur
air berarti berusaha menyediakan air secara kuantitas,
kualitas, dan kontinuitas.

Minggu, 27 Maret 2011

PROFIL JOGLO TANI

PROFIL JOGLO TANI






Talesing Sedyayu tinulad ing Wignya lan Sembada




Alamat:
Dusun Mandungan, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Propinsi D.I.Yogyakarta
Nomor Telphone : 0274-749047, Mobile; 08122956862,081931715220
Nomor Email : bumielang@yahoo.com/ jt_tosuprapto@yahoo.com

KERANGKA PROGRAM

VISI Terciptanya ketersediaan pangan yang tangguh, beragam dan berkelanjutan dengan daya dukung sumber daya alam yang lestari dan keuntungan ekonomi yang sepadan

MISI 1. Membuat Produk Organik dari sektor hulu sampai hilir untuk memperkuat daya dukung dan daya dorong bagi pengembangan pertanian organik.
2. Menciptakan Intelektual Organik yang mampu menjadi fasilitator, komunikator, organisator masyarakat dalam pengembangan kemandirian dan ketangguhan pertanian organik
3. Membangun Kerjasama Organik yang menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman, keseimbangan, kesepadanan, dan keberlanjutan

STRATEGI 1. Pengembangan inovasi pengelolaan bahan organik dengan bio-teknologi
2. Pengembangan kurikulum pelatihan dengan berbagai metode partisipatif
3. Penerapan pertanian organik secara terpadu berbasis potensi sumberdaya lokal dengan multi komoditi
4. Pengembangan jaringan kerjasama dan kemitraan dengan para pihak dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kesepahaman dan kesepakatan

PRINSIP 1. Menjunjung tinggi kaidah konservasi lahan dan air, serta menjaga nilai kearifan lokal
2. Berpikir kritis dan sistimatis
3. Musyawah dan mufakat dengan meletakkan nilai demokrasi sebagai pondasi pengambilan keputusan kolektif
4. Mengarus-utamakan kepentingan bersama
5. Bertoleransi pada keragaman untuk keseimbangan dan keberlanjutan
6. Meletakkan prosedur operasional standar sebagai pemimpin dan penjaga kualitas kerja

TUJUAN 1. Mengelola segala bentuk bahan organik sehingga tidak terbuang percuma dan dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pangan / masukan bagi pengembangan usahatani terpadu.
2. Menyediakan berbagai bentuk kompos, bahan baku nutrisi untuk tanaman, ternak, ikan dan bahan lain yang bersifat probiotik.
3. Menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan di bidang pengelolaan pertanian terpadu berbasis potensi sumberdaya lokal yang mencakup sektor hilir dan hulu.
4. Menyediakan ruang publik untuk pembelajaran dan pengembangan inovasi dalam bentuk nyata.

BIDANG KERJA 1. “Rumah Kompos Kampung Rambutan”; Unit pengadaan dan perdagangan produk-produk organik,
2. “Desa Bakti Bumi”; Unit pelayanan jasa konsultasi dan pelatihan pertanian dan konservasi kawasan
3. “Kawasan Kearifan Alam”; Unit keswadayaan dan keteladanan pembangunan kemandirian petani.

KOMPONEN KERJA DAN KEGIATAN
Divisi Produksi 1. Pembuatan pupuk organik super dengan proses pengkayaan kandungan, fermentasi alami, pembentukan granula, dan pengemasan
2. Pembuatan cairan aktivator pertumbuhan dengan bahan baku urine kelinci dan sumber nutrisi lainnya melalui proses emulsi, fermentasi, dan penyaringan.
3. Pembuatan Bio-aktivator dekomposisi melalui proses inokulasi dan perbanyakan mikro organisme lokal (Molok)
4. Pembuatan Nutrisi Alami Ternak yang terbuat dari bahan-bahan alami lokal melalui proses fermentasi dan pasturisasi
5. Memasarkan semua produk yang dihasilkan dengan prinsip berbagi keuntungan yang seimbang antara produsen dan konsumen

Divisi Pengembangan 1. Pengembangan produk yang dihasilkan untuk meningkatkan nilai manfaat, kandungan unsur, efisiensi dan nilai ekonomi,
2. Pengembangan jasa konsultasi penerapan dan pengembangan pertanian organik melalui penyediaan sarana pendukung,
3. Pengembangan kurikulum pelatihan termasuk pembuatan panduan, pengadaan sarana belajar, dan peningkatan kemampuan fasilitator,
4. Pelaksanaan pelatihan, kunjungan belajar, magang, dan bentuk-bentuk konsultasi
5. Pengembangan kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain termasuk pencarian dana.
6. Pengembangan lahan sebagai bentuk usaha dan percontohan

Divisi Rumah Tangga 1. Pengelolaan bangunan, inventaris atau kekayaan lain yang dimiliki lembaga
2. Pengelolaan keuangan termasuk mekanisme pengeluaran dan pertanggung-jawaban
3. Pencatatan dan pelaporan perkembangan kegiatan dan hasil, baik dari aspek fisik maupun finansial.
4. Pengelolaan ketenagakerjaan termasuk sistem upah dan bagi hasil
5. Pendokumentasian dan publikasi program
6. Pengelolaan perpustakaan, sarana kerja dan instrumen belajar
7. Pengelolaan pertemuan berkala dengan agenda yang jelas

PROFIL PRODUK, JASA, DAN PERFORMA RUMAH TANGGA
Produk 1. Pupuk Organik Super (POS) nama “Harmoni Alam (NILAM)” ; Kompos padat berbentuk granul, warna gelap, tidak berbahu, kandungan air kurang 20%, dan mengandung unsur, senyawa dan ekstrak organik secara komplet
2. Kompos Aktivator Tanah (KAT) nama “Bakti Pertiwi (BATI)” ; Kompos padat berbentuk padatan curah, warna gelap, tidak berbahu, kandungan air 20%, dan mengandung unsur, senyawa dan ekstrak organik serta bio-aktivator penyehat tanah
3. Cairan Aktivator Pertumbuhan (CAP) nama “Tradisi Alam Lestari (TALES)”; Kompos cair berbentuk larutan berwarna coklat, berbahu khas urin, padatan terlarut kurang dari 1%, dan mengandung unsur, senyawa dan ekstrak organik serta bio-aktivator penyehat tanah.
4. Bio-aktivator dekomposisi (BAD) nama “Penyehat Tanah (PETA)”; Dekomposer berbentuk tepung, ringan, berwarna campuran putih dan hitam, tidak berbahu, dan mengandung lima kelompok mikro-biota
5. Nutrisi Alami Ternak (NAT) nama “NIAT”; makanan tambahan untuk ternak berbentuk tepung, warna coklat muda, tidak berbau, kandungan air kurang 5%, dan mengandung zat-zat organik yang berfungsi meningkatkan produktivitas pencernakan dan kesehatan ternak.

Jasa 1. Pendidikan Lapangan yang menerapkan pendekatan siklus belajar dari pengalaman dan kaidah pendidikan orang dewasa, dengan tahapan membangun sikap, merangsang pemahaman ilmu pengetahuan dasar dan mengasah ketrampilan,
2. Pelatihan Konservasi lahan dan air dengan materi ekologi tanah dan air, pengelolaan bahan organik, penerapan pertanian konservasi, termasuk pengendalian hama terpadu,
3. Pelatihan Pertanian Terpadu dengan multi komoditi yang meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil,
4. Pelatihan Fasilitator Masyarakat yang berperan sebagai pemandu lapangan, community organizer, pendamping teknis, dan pengelola program,
5. Pelatihan Kewirausahaan yang mencakup membangun kapasitas, perencanaan usaha dan pengembangan jaringan usaha
6. Pendidikan Lingkungan pertanian dan pedesaan dengan metode outbond, lokakarya, dan magang

Rumah Tangga 1. Penyediaan Ruang Publik untuk sarana diskusi dan konsultasi persoalan petani dan pertanian
2. Perpustakaan Petani yang menyediakan informasi tentang pengalaman, inovasi dan teknologi terkait dunia pertanian dan pedesaan
3. Pengembangan unit Keswadayaan yang mampu merangsang terciptanya kemandirian lembaga,
4. Penyediaan Ruang Kerjasama dan kemitraan dengan para pihak yang sevisi dengan selalu mempertimbangkan kepentingan bersama,
5. Pengelolaan Unit Keteladanan yang mampu membangun minat petani dan merangsang pemahaman untuk mewujudkan gagasan-gagasan,


PROSEDUR KERJA
Perencanaan 1. Membangun kesepahaman akan gagasan atau keinginan secara terbuka tanpa konflik kepentingan
2. Melakukan analisa keuntungan secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya,
3. Menetapkan kegiatan secara bersama dengan saling menjaga tujuan, maksud dan hasil kegiatan tersebut,
4. Membuat rencana kerja secara rinci dan detail dengan pembagian peran dan tugas secara jelas, termasuk jadwal kegiatan
5. Membuat prosedur operasional standar (POS)
Persiapan 1. Menyediakan sarana, alat dan bahan dengan enam tepat (tepat jenis, jumlah, mutu, fungsi, waktu dan tempat),
2. Memastikan personal yang mendapat peran dan diserahi tugas dapat berpartisipasi secara penuh,
3. Menyiapkan sarana pencatatan dan pelaporan.
Pelaksanaan 1. Menjalankan kegiatan sesuai pembagian peran dan tugas dengan tetap melakukan komunikasi antar pelaku
2. Menjaga pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur operasional standar
3. Mengambil kebijakan atau keputusan bersama secara tepat dan cepat jika ditemukan masalah atau kendala yang menghambat jalannya kegiatan
4. Mengeluarkan biaya kegiatan secara tepat, efisien dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Evaluasi 1. Melakukan penilaian secara jujur dan terukur pada kualitas kerja dan hasil yang dicapai
2. Menetapkan langkah-langlah perbaikan untuk merancang kegiatan selanjutnya
3. Membuat laporan fisik dan keuangan secara tepat dan sistimatis serta dapat dipertanggungjawabkan


SARANA USAHA

Divisi Produksi Rumah mesin pengolah kompos Ukuran 6x8 meter, bangunan permanen dengan pasangan ½ batu dan anyaman bambu, atap seng dan lantai keras
Gudang Produk Ukuran 2x8 meter, bangunan permanen dengan pasangan batu, atap genteng dan lantai keras
Kolam/selokan fermentasi Kolam sederhana sepanjang 120 meter dengan lebar 1,5 meter
Mesin penggerak 22 PK Mesin disel merk Dumpeng
Mesin pencacah Pencacah bahan organik menjadi ukuran 1-2 cm dengan kapasitas 2 ton/jam
Mesin pengayak Pemisah kompos sesuai ukuran dengan kapasitas 6 ton/hari
Mesin pembentuk granul Pembentuk kompos menjadi granul ukuran 0,5 cm dengan kapasitas 6 ton/hari
Mesin Blender Pembentuk emulsi dari berbagai campuran cairan organik untuk bahan fermentasi
Kendaraan roda tiga Kendaraan merk VIAR yang dilengkapi dengan bak dengan kapasitas 300 kg
Tong fermentasi Tong plastik dengan kapasitas 100 liter sebanyak 8 buah
Peralatan pengemasan Mesin jahit, pres platik, dan bahan pengemasan termasuk labeling
Peralatan pencampuran/aduk Cangkul, serok, garpu, blender, dll
Divisi Pengembangan Rumah konsultasi dan pelatihan Bangunan JOGLO dengan ukuran 144 M2 yang dikelilingi kolam, kandang ternak dan sawah
Sarana pertemuan Meja kaca, kursi arjuna, white board, infokus dan alat tulis
Sarana pelatihan Berbagai instrumen pelatihan dengan berbagai topik
Lahan laboratorium lapangan Lahan sawah seluas 2 ha yang digunakan untuk budidaya pertanian organik
Perkandangan dan kolam Kandang sapi, kambing, kelinci, itik dan kolam ikan seluas 7500 M2

Divisi Rumah Tangga Perkantoran Ukuran 6x8 meter, bangunan permanen dengan pasangan ½ batu dan anyaman bambu, atap seng dan lantai keramik
Sarana Kantor Komputer desktop dan laptop, printer, kamera, dan alat tulis
Peralatan konsumsi Piring, gelas, dan berbagai bentuk peralatan masak dan makan
Perpustakaan Almari kaca (4 buah) dan buku baca lebih dari 1.000 judul


STRUKTUR ORGANISASI
Divisi Produksi Koordinator Suprapto
Unit Bahan Produksi Bowo
Unit Proses Produksi Ay Suharyono
Unit Paska Produksi Johan Arifin
Divisi Pengembangan Koordinator Sunarno
Unit Pengembangan Usaha Sunarno
Unit Pelayanan Jasa Sukirman
Unit Penguatan Modal Hery Johandi
Divisi Rumah Tangga Koordinator Sudarmaji
Unit Administrasi Amboro Wahyu S
Unit Finansial Istri Wandari
Unit Ketenagakerjaan Abu Hanifah



FINANSIAL

USAHA JENIS HARGA FASILITAS
PRODUK Pupuk Organik Super, Cap “NILAM” Rp,700,-/kg Harga ditempat sampai sarana pengangkut
Kompos Aktivator Tanah Cap “BATI” Rp,600,?/kg Harga ditempat sampai sarana pengangkut
Cairan Aktivator Pertumbuhan Cap “TALES” Rp,20.000,- Harga ditempat sampai sarana pengangkut
Bio-aktivator Dekomposisi Cap “PETA” Rp,10.000,- Harga ditempat sampai sarana pengangkut
Nutrisi Alami Ternak Cap “NIAT” Rp,20.000,- Harga ditempat sampai sarana pengangkut
JASA PELATIHAN Kunjungan lapangan kurang dari 3 jam Rp,10.000,- Fasilitator dan nara sumber
Kunjungan lapangan lebih dari 3 jam Rp,50.000,- Makan siang dan snack
Pelatihan 1 hari Akomodasi, konsumsi dan perlengkapan
Pelatihan 3-7 hari Akomodasi, konsumsi dan perlengkapan
Pelatihan lebih dari 7 hari Akomodasi, konsumsi dan perlengkapan
Pelatihan peserta kurang dari 10 orang Akomodasi, konsumsi dan perlengkapan
Magang secara mandiri Rp,25.000,- Perlengkapan pelatihan
OUT BOND PERTANIAN Paket ekonomi (anak) Rp,10.000,- 3 jenis permainan
Paket Bisnis (Anak) Rp,20.000,- Makan siang takiran
Paket Eksekutif (Anak) Rp,50.000,- Makan siang prasmanan
Paket Dewasa Rp,50.000,- Makan siang prasmanan
Paket VIP Rp,150.000,- Makan siang dan bingkisan
KONSULTAN, FASILITATOR & NARA SUMBER Dalam Kota (<20 km) Fasilitator Inti Rp,500.000,- • 1 tema pelatihan (150 menit) • Honor dan transport antar kota • Akomodasi dan konsumsi ditanggung panitia Fasilitator Utama Rp,300.000,- Fasilitator Pendukung Rp,150.000,- Luar Kota (>20 km)
Fasilitator Inti Rp,750.000,-
Fasilitator Utama Rp,450.000,-
Fasilitator Pendukung Rp,300.000,-

Jumat, 25 Maret 2011

PUISI BUAT ISTRIKU

Indah jalinan kasih kita
By Timbul Sunarno


Tidak...
Tak pernah terlontar
Enggak...
Tak mampu kau ucap

Sayang...
kata yang slalu kudengar

bak embun menitik dari pucuk daun
jernih,sejuk....menentramkan

andai tuhan tahu rasa ini pasti cemburu
andai padi terbuai kasih ini akan sepoi

hijau,biru warna yang tersedia di dunia ini
sejuk,nyaman rasa hati ini

wahai pemberi rasa tolong jaga rasa ini
andai bisa akan kuberi belahan hatiku

surga, mungkin tak seindah hari ini
dan tiap hari kurasa

PADI FALSAFAH JAWA


Mengenal padi lewat falsafah jawa
by. Sunarno Timbul Joglo Tani

Tujuan berbudidaya padi :

Wulen Sepanen ,Jotho Tinoto, Las Kang Mentes

1. Wulen sepanen artinya dalam satu rumpun bisa panen serempak
2. Jotho tinoto artinya bulir dalam satu malai bisa tertata rapi tidak bersela
3. Las kang mentes artinya semua bulir yang ada bisa bernas tidak ada bulir kosong atau hampa

Petuah untuk mendapatkan hasil wulen sepanen, jotho tinoto las kang mentes adalah

1. Papat tancep, Wolu mupur, Rolas ngesat , Nembelas nembe tukule bakal las
Empat tanam, Delapan memupuk, Dua belas mengeringkan sawah, Enam belas baru munculnya bakal buah

2. Sawur mupur amegah dapur, Nyawisi tirto nyawiji jotho
Memupuk untuk pembentukan anakan dan pemberian air untuk pengisian bulir padi

3. Tinebehno tirto gyo samodro murih tunggul linangkung ngemboko
Jauhkan sawah seperti lautan agar anakan lebih banyak dan kuat

4. Tumungkuling puspo tan sinareng wedaring wacono
Munculnya bunga jangan berbarengan dengan munculnya angin yang besar

5. Adedasar cokro manggilingan ler-leran dadi daharan sepah jinatah ing lemah.
Berdasarkan siklus energi , tanah menghasilkan pangan tetapi seresah harus dikembalikan ketanah

Tataran Gesang Pantun

1. Sebar : Senthong barang kang regeng aji lan rubedo
Tempat atau ruangan untuk menyimpan barang barang berharga dan banyak ancaman

2. Tancep : Tandur cethek pituture
Tanam dangkal menjadi petuahnya

3. Nglilir : Nggilir ilining tirto
Pengairan sawah atau pengaturan irigasi model berselang ( intermitten )

4. Manak : Marake nigan arupo karang
Munculnya banyak kelompok telur yang berbentuk tanah yang menempel pada batang padi

5. Mutu : Metune bangso kutu
Munculnya banyak serangga jenis kutu-kutuan salah satu contohnya : Wereng

6. Ngapit : Ngancik pametuneng tandur
Awal mula bakal malai terbentuk

7. Meteng : Mengku tengoro minggaheng kemonggo
Memberi pertanda dengan jalan laba- laba naik kepermukaan daun dan membuat jarring

8. Ngembang : Ngembakaneng bongso kumbang lan lembing
Berkembang-biak banyak serangga jenis kumbang salah satu contohnya kumbang helm


9. Najin : Nanjan Cilik Jinulukan walang /Nanceping janur ing nampingan
Menancapkan daun kelapa muda dipematang atau di pinggiran sawah

10. Ngapur : Ngancik purnaning rubedo
Mulai berkurangnya hama

11. Nguning : Ngupiyo ningkeping jotho
Menjaga supaya bulir tetap utuh

12. Panen : Panggunggunge ajineng damen
Menghitung nilai kegunaan jerami

TIMBUL JOGLO ( TIMBUL SUNARNO)

AKU


Lahir dari keluarga petani Bapak Karno Diharjo dan Ibu Sakinem,
pada tanggal 10 Desember 1974.
Dengan doa dari seluruh warga Desa Gedongan Sinduadi,
Diberi nama Sunarno dengan harapan menjadi manusia yang penuh sinar.
Kehidupan desa telah membentuk menjadi pribadi yang suka pada dunia pertanian.
Mulai tahun 1999 bersama teman2 membentuk wadah belajar petani (WBP). Dengan tambahan semangat istri Fajar Hayuningtyas semakin memperkuat keyakinan untuk menekuni dunia pengorganisasian masyarakat.
Untuk meraih impiannya tahun 2008 bersama TO Suprapto mendirikan Joglo Tani, sebagai wahana pembelajaran pertanian terpadu.
Dua anakku adalah nafasku dan sekaligus kekasihku ELANG BUMI WICAKSONO dan SATRIA BUMI MAHARDIKA

"Datan Biso Kalamun Amung Rinoso,Yen Pengen Teko Tekan Nggone Agemen Teken Kang Tekun"
"Winggi Uwis Ora Ono, Sesuk Durung Ono, Saiki Enggal Tindakno"
"Sing Biso Ora Kuasa, Sing Kuasa Ora Ngerti, Sing Ngerti Ora Biso"

FUNGISIDA dan BAKTERISIDA ORGANIK

FUNGISIDA DAN BAKTERISIDA ORGANIK
By Timbul Sunarno



Latar Belakang
Selain akibat hama, organisme penganggu tanaman yang seringkali menggagalkan pertanian adalah jamur dan bakteri penyebab penyakit pada tanaman. Bakteri dan jamur penyebab . penyakit ini sangat berbahaya karena penularannya yang dapat melalui air, angin maupun embun selain melalui kontak langsung antar tanaman ataupun dengan perantaraan aneka makhluk hidup. Oleh karenya pengamatan musim atau cuaca serta ketelitian petani menjadi sangat penting.

Tujuan :
 Petani mampu mengenal gejala dini serangan jamur maupun bakteri
 Petani mampu memahami dan dapat mengembangkan aneka sumberdaya hayati untuk fungisida maupun bakterisida
 Petani paham dan trampil membuat aneka formula fungisida dan bakterisida

Materi :
Ketika tanaman di lahan tiba-tiba menjadi layu dan cepat menular maka patut diduga bahwa tanaman tersebut terkena penyakit akibat jamur ataupun bakteri melalui akarnya. Ketika yang layu hanya sebagian dari batang tubuh tanaman maka bisa jadi disebabkan oleh hama atau penyakit. Kondisi tersebut seringkali membuat petani panik untuk langsung disemprot dengan pestisida tanpa mengamati terlebih dahulu penyebab nyatanya, yang akibatnya hanya membuang biaya. Bahkan akibat air semprotan tersebut malahan menyebabkan penularan yang lebih cepat.
Gejala umum tersebut biasanya kemudian diikuti dengan busuk akar atau sebagian organ. Setelah beberapa hari baru tercium bau busuk tanaman (gejala serangan bakteri) atau tanaman kering dan tumbuh benang-benang jamur atau bahkan badan sporanya (gejala serangan jamur).
Penanganan dini yang perlu dilakukan adalah segera membakar atau memendam tanaman yang mati tersebut jauh dibawah daerah perakaran atau bahkan di luar lokasi pertaniannya serta kemudian segera melakukan pengendalian atau pencegahan pada tanaman yang belum terserang dengan fungisida atau bakterisida. Pencegahan dini biasa dilakukan dengan penebaran jenis jamur antagonis atau jamur penyubur yang dapat menggusur atau mencegah perkembangbiakan jamur penyebab penyakit tanaman.
Fungsi Fungisida adalah untuk membasmi jamur yang menyerang tanaman baik pada akar, batang ataupun daun. Sedangkan bakterisida adalah pembunuh bakteri penyebab penyakit busuk bagian tanaman. Serangan jamur dan bakteri ini biasanya terjadi karena tanah yang terlalu basah, terlalu asam, ataupun luka tanaman akibat gesekan-himpitan-goresan. Berbagai tanaman yang sering diserang jamur adalah tomat, cabe, dan kentang ataupun tanaman lain.

Beberapa formula pengendalian jamur dan bakteri penyebab penyakit tanaman tersebut adalah sebagai berikut :

 Pengendalian dengan Tetumbuhan

Cara 1. Dengan empon-empon

Bahan :
1. Jahe 1 kg
2. Lengkuas 1 kg
3. Kunyit 1 kg
4. Labu siam 1kg

Caranya :
Keempat bahan tersebut diparut lalu diperas dan disaring diambil airnya. Masukkan air saringan tersebut ke dalam botol atau tempat air lainnya untuk persedian sewaktu-waktu. Untuk pemakaian campurlah setiap satu liter air dengan 20 cc larutan fungisida tersebut.
Jika diperlukan untuk bahan perekat lain dan sekaligus sebagai protein bagi tanaman maka tambahkan 2 butir telur ayam untuk campuran fungisida alami.
Sumber : Kelompok Ngudi Lestari Makmur, Jumapolo Karanganyar, Jateng

Cara 2. Bunga kertas atau Bougenville
Bunga kertas atau bougenville dapat juga digunakan sebagai bahan pestisida alami.

Bahan :
1. Daun Bougenville 1 kg
2. Susu sapi 1 liter

Caranya :
Masukkan 1 kg daun bunga kertas taruhlah tong, masukkan air mendidih dan diamkan selama 24 jam. Tambahkan 1 liter air susu sapi rebus. Saringlah air larutan tersebut. Ramuan ini sudah siap dipakai sebagai pestisida alami dengan diencerkan 10 kali.
Hama dan penyakit yang dikendalikan adalah penyakit layu pada pisang dan lada, dan juga mengendalikan terjadinya penyakit pada tanaman.
Cara 3. Kenikir (marigold)
Kenikir selain daunnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, kenikir yang warna bunganya berlainan dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami.
Bahan : 1 kg bunga kenikir (kenikir) bisa juga ditambahkan bahan-bahan lain.

Cara membuat :
Tempatkan 1 kg bunga kenikir dalam tempat bisa dari plastik atau gerabah. Tuangkan air mendidih sebanyak 10 liter dan diamkan selama 24 jam. Saringlah dan ambil airnya.

Cara penggunaan :
Air larutan tersebut disiramkan pada lahan tanaman yang terkena nematoda akar.

Cara 4. Daun Sirih dll.

Bahan :
1. Daun Sirih 6 genggam
2. Belerang ¼ kg
3. Labu Siam 2 kg
4. Jinten ¼ kg

Cara pembuatan : Labu siam diparut sampai halus dan kemudian diperam. Ambil airnya. Belerang, daun sirih, jinten, ditumbuk hingga halus. Campur ketiga bahan tersebut dalam air perasan labu siam. Aduklah hingga merata. Larutan tersebut kemudian didiamkan hingga 1 minggu.

Penggunaan : Campurlah larutan tersebut setiap 1 liter dengan 10 liter air dan semprotkan pada waktu matahari bersinar, atau setelah matahari terbenam.

Cara 5. Tembakau

Bahan :
Daun tembakau (sebaiknya limbahnya) 200 kg

Cara membuat :
Daun tembakau dihancurkan dengan mesin penghancur atau pisau menjadi serpihan kecil.

Aplikasi :
Benamkan 200 kg serpihan limbah daun tembakau per hektar lahan di sekitar perakaran tanaman atau dibenamkan bersama pupuk.

Cara 6. Biji Mimba
Bahan :
Biji mimba 20 gr atau daun mimba 50 gr
Deterjen atau sabun colek 1 gr
Air 1 liter
Cara membuat :
Haluskan biji atau daun mimba. Jika ada, penghalusan bahan tersebut dapat menggunakan blender. Bahan tersebut dicampurkan dalam 1 liter air dan ditambahkan 1 cc deterjen cair atau sabun colek. Larutan diendapkan semalam dan keesokan harinya disaring. Larutan yang sudah disaring siap digunakan.

Aplikasi :
Semprotkan larutan ke tanaman yang terserang penyakit. Apabila campuran daun atau biji mimba hendak diaplikasikan ke daerah perakaran maka campuran bahan tersebut tidak perlu disaring terlebih dahulu, tetapi langsung disiramkan ke daerah perakaran. Selain berperan sebagai pestisida nabati, bahan ini juga dapat berperan sebagai pupuk.

Cara 7. Daun Cengkih
(Ramuan untuk mengendalikan jamur Fusarium oxysporum penyebab penyakit busuk batang pada tanaman panili)

Bahan :
Daun cengkih 50-100 gr

Cara membuat :
Daun cengkih dihancurkan sampai berbentuk serbuk atau tepung.

Aplikasi :
Taburkan dan benamkan tepung daun sengkih ke dalam tanah di sekitar perakaran tanaman sebanyak 50-100 gr per tanaman.
 Mengatasi busuk batang dan layu pada tomat

Pembuatan
1. Cari daun bambu yang masih muda, ambil bersama pucuknya yang belum mekar
2. Cabut daun dan pucuk sebanyak dibutuhkan
3. Siapkan pula kunir dan bengle serta ember yang terbebas dari minyak dan garam
4. Lumatkan daun bambu
5. Kupas kunir dan bengle kemudian hancurkan
6. Rendamlah setiap 2 kg daun bambu dalam 10 liter air selama 6 jam atau lebih
7. Rendamlah ½ kg kunir dan ½ kg bengle masing-masing dalam 2 liter air

Penggunaan
Campurkan 4 liter larutan kunir-bengle dan 10 lt larutan daun bambu. Tambahkan 10-20 lt air. Siramkan langsung pada tanaman dan media tanahnya. Daun bambu rendamannya bagus digunakan sebagai kompos.

(Pengalaman Iva A. UMY dalam Majalah Tani Lestari No. 5 ed. Nov-Jan 1998)

 Pengendalian dengan Jamur Antagonis
Jamur antagonis dikembangkan sebagai sebuah teknik untuk menggusur jamur penyebab penyakit pada tanaman. Jamur ini punya kemampuan berkembang biak dan daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan jamur pentebab penyakit. Ada beberapa jenis jamur antagonis yang sudah ditemukan, namun yang terbukti paling efektif dan mudah dikembangkan selama ini oleh petani adalah jenis Trichoderma sp, yaitu penggusur jamur penyebab busuk akar pada aneka tanaman.

 Jamur Trichoderma

Pembiakan cara 1.
Bahan :
1. Bekatul (dedak padi halus)
2. Biakan/inokulan jamur Trichoderma sp
Alat :
1. Alat pengukus
2. Plastik
3. Tampah
Cara membuat :
1. Katul diperciki air sampai macak-macak/tidak basah betul/pero.
2. Kukus sampai matang.
3. Dinginkan dan di ler/diratakan pada tampah yang bersih setinggi 10 cm.
4. Inokulasikan biakan jamur kemudian tutup rapat dengan plastik.
5. Simpanlah ditempat terlindung sinar matahari pada suhu kamar

Pembiakan cara 2.
Alat-Bahan yang dibutuhkan :
- Sekam atau bekatul
- Gula
- Soblok/kukusan
- Pemanas/kompor
- Kantong Plastik bening
Cara pembuatan :
1. Sekam / bekatul dikukus sampai mendidih
2. Kemudian angkat dan kering anginkan
3. Setelah dingin masukkan ke dalam plastik dan berikan jamur Tricoderma bersama larutan gula 0,1 % dan simpan dalam suhu kamar.
4. Tunggu selama 3 hari , kemudian lihat setelah 3 hari. Bilamana muncul benang-benang warna putih berarti pembuatan jadi
5. Jamur Tricoderma yang sudah tua/jadi akan berwarna hijau kehitaman

 Fungisida dan Bakterisida Organik Sederhana
1. Siapkan daun rondo noleh, daun mindi, daun suren, daun tikusan, daun klereside, daun dan batang blekokan, kliko semboja, kliko pule, buah bawangan, daun kinang masing-masing sebanyak 1 kg kemudian ditumbuk halus dan dicampur air 5 liter
2. Siapkan jahe, laos, kunir masing-masing 1 kg kemudian ditumbuk halus dan dicampur air 2 liter
3. Campurkan larutan nomor 1 dan nomor 2 tersebut kemudian diperas dan disaring
4. Gunakan dengan dosis 2 sendok makan larutan dalam1 liter air kemudian disemprotkan pada bagian tanaman terserang.
5. Catatan : cocok untuk mengatasi aneka mikroorganisme pengganggu tanaman (jamur-bakteri)

Teh Kompos lawan Penyakit tanaman
Teh kompos atau air ekstrak kompos ternyata dapat dipakai untuk melindungi tanaman dari penyakit/ patogen daun. Juga sebagai inokulan guna memperbaiki dan meningkatkan mikroflora tanah. Penelitian di mancanegara menunjukkan, ekstrak kompos efektif mengendalikan penyakit tanaman. Antara lain Phytophora infestants di kentang dan tomat,Botrytis cinerea di stroberi, Fusarium oxysporum, plasmopara viticola (embun tepung) di anggur, dan Sphaerotheca fuliginea (embun tepung) di mentimun.
Komponen aktif dalam ekstrak kompos yang telah dikenali termasuk bakteri (Bacillus), kapang (Sporobolmyces, dan Cryptococcus), serta jamur. Juga bahan kimia bersifat antagonis seperti phenol dan asam amino. Melalui sterilisasi, dan penyaringan nonaktif, ditunjukkan kemanjuran ekstrak kompos karena peran organisme hidup yang ada dalam larutan itu.
Pembuatannya sangat mudah. Kompos cukup direndam dalam air bersih. Perbandingan kompos dengan air adalah 1 : 5 hingga 1 : 8 (volume/volume). Setelah diaduk merata, air rendaman didiamkan hingga terjadi fermentasi. Suhu yang diperlukan sekitar 15oC-20oC. lamanya waktu ekstrasi dianjurkan antara 2 minggu hingga 21 hari. Namun, biasanya cukup selama 3 hingga 7 hari. Setelah waktu ekstraksi tercapai, campuran air dan kompos tadi disaring. Tujuannya memisahkan larutan dengan kompos padat. Larutan hasil saringan inilah yang digunakan menyirami daun tanaman.

Selamat Mencoba
SALAM PETANI

Kamis, 24 Maret 2011

PGPR

Apa itu PGPR?


PGPR (Plant growth-promoting rhizobacteria) adalah bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Bakteri yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa hidup di akar tanaman. Mikroorganisme ini hidup berkoloni di sekitar akar tanaman dan membantu memacu pertumbuhan tanaman.
PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit.


Bagaimana bakteri PGPR dapt memacu pertumbuhan?

Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi amonia kemudian disalurkan ke tanaman. Bakteri akar ini juga mampu menyediakan beragam mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga memacu peningkatan hormon tanaman. Peningkatan hormon tanaman inilah yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


Cara Membuat PGPR
• Biang PGPR
Biang PGPR dibuat dari akar bambu sekira 250 gram yang direndam dalam air selama tiga tiga malam.
• Bahan:
20 liter air
1/2 kg dedak/bekatul
Terasi
1 sdm air kapur sirih
• Cara membuat:
Campur semua bahan, kemudian didihkan.
Setelah dingin, campurkan 1 liter “biang PGPR”. Tutup rapat. Diamkan satu hingga dua mingggu.
PGPR kelapa
Selain cara di atas, biang PGPR juga dapat dikembangkan menggunakan air kelapa segar ditambah gula merah (tetes tebu lebih baik) dan kemudian difermentasi selama seminggu.

Aplikasi PGPR

1. PGPR dan PGPR kelapa yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan perbandingan; 200 cc PGPR untuk 14 Liter air.
2. Benih yang direndam PGPR dapat merangsang pertumbuhan akar.


Catatan:
Bakteri PGPR adalah bakteri tanah yang masa hidupnya tidak panjang. Karena itu perlu mengembalikan populasinya setiap akan menebar benih.


Semoga bermanfaat...........

Senin, 14 Maret 2011

Cara Membuat Kompos ala Timbul Joglo

PENGOMPOSAN





A. Latar Belakang
1. Bahan Organik - Kekayaan Alam yang Terabaikan

Sebagai daerah tropis, Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman yang berarti juga mempunyai ketersediaan bahan organik yang berlimpah. Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diurai atau dirombak oleh mikroorganisme menjadi unsur-unsur dasar pembentuknya. Pada umumnya jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air rata-rata 75% dan sisanya padatan. Padatan biasanya terdiri dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Namun apabila ditinjau dari susunan unsur, terdiri dari karbon (C) 44%, oksigen (O2) 40%, hidrogen dan abu (semua unsur yang terserap diluar C,H dan O) masing-masing 8%.

Berdasarkan kelimpahan bahan organik dan kekayaan kandungannya, sebenarnya para petani tidak perlu kebingungan untuk bercocok tanam. Harga pupuk yang tinggi dan kelangkaan yang sering terjadi, tidak perlu dipersoalkan jika mereka mampu mengelola bahan organik. Proses pelapukan atau dekomposisi bahan organik secara alami, memang berlangsung relatif lama. Sisa-sisa bahan organik yang jatuh di atas tanah mengalami proses pelapukan baik secara fisik (suhu, kelembahan, air, dan panas), secara biologi (mikroorganisme) dan kimia. Akan tetapi mesin pengolah tersedia dimana-mana seperti berbagai jenis hewan ternak yang dapat dipelihara. Ketersediaan biota pengurai juga sangat banyak dan dapat ditemukan di kawasan yang jarang disentuh manusia.

Tanah sebagai tumpuan kehidupan memegang peranan utama dalam proses dekomposisi. Akan tetapi, perubahan aktifitas manusia telah menganggu kemampuan tanah dalam melakukan proses dekomposisi dan menyediakan bahan kehidupan. Peran tanah sebagai bio-reaktor dirubah menjadi gudang bahan-bahan kimia yang dimasukkan lewat pupuk dan pestisida non organik. Sumber bahan organik dari biomasa maupun batuan menjadi lambat dirombak, karena biota pengurainya tidak berkembang. Pada akhirnya, mekanisme alamiah perputaran bahan makanan terganggu dan kondisi ini sering disebut tanah sakit atau mati.


2. Proses Dekomposisi - Penjaga Keberlanjutan Hidup

Sumber bahan organik utama adalah jaringan tanaman, mulai dari batang, daun, buah sampai akarnya. Sedangkan sumber lain adalah fauna dan batuan. Perbedaan sumber bahan organik memberikan dampak masukan yang berbeda juga ke dalam tanah. Akibatnya kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Tipe vegetasi sebagai sumber pasokan utama bahan organik, populasi mikroorganisme, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu dan pengelolaan tanah mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah. Proses dekomposisi ini tidak pernah berhenti jika pasokan bahan organik terus ditambahkan ke dalam tanah. Produkstivitas tanah menjadi bio rektor inilah yang menjadi ukuran dari tingkat kesuburan tanah.


Proses dekomposisi secara alami berjalan lambat, proses pelapukan bahan organik menjadi humus setebal 1 cm membutuhkan waktu puluhan tahun. Pertama bahan organik segar menjadi layu, dalam proses ini kandungan air dalam bahan organik berkurang. Selanjutnya proses penghancuran secara fisik oleh mikroorganisme (jamur dan bakteri) maupun hewan tanah (cacing, semut dan lain-lain). Proses ini diikuti dengan proses penguraian oleh aktifitas mikroorganisme sangat tinggi. Tingginya aktifitas menyebabkan suhu menjadi panas, pda proses ini bahan organik mulai terurai menjadi senyawa-senyawa penyusunnya. Tahap terakhir adalah pemasakan kompos. Pada tahap ini aktifitas mikroorganisme sudah menurun, bahan organik yang tidak terurai menjadi senyawa pembentuk humus.

Secara biologi, awal proses perombakan yang aktif adalah mikroorganisme aerop atau yang dalam hidupnya membutuhkan oksigen. Aktifitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik menghasilkan panas dan uap air, sehingga pada suhu panas tertentu akan ada seleksi alamiah terhadap mikroorganisme yang berkembang. Ketika suhu tinggi golongan “Bakteri Thermofili yang aktif bekerja merombak bahan organik.

Bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi, tektur dan warnanya menjadi homogen yang sering disebut kompos. Bahan ini mengandung asam fulvik yang mudah larut dan dapat menyediaan makanan bagi tanaman. Sedangkan sisa proses dekomposisi yang tidak dapat lagi diurai disebut humus. Bahan ini bentuknya ringan dan berbulu serta resisten terhadap proses kimia karena bersifat menyerupai liat (koloidal), amorf (bentuknya tidak beraturan). Humus ini dapat memperbaiki kondisi tanah karena mempunyai beberapa kemampuan seperti; (1) kapasitas tukar ion lebih tinggi dibanding liat dengan jenis muatan negatif, (2) menyerap air sampai 90% dari bobotnya, (3) sumber energi mikroorganisme.

3. Tanah - Mesin Alam Penyedia Makanan

Tanah pada umumnya mengandung bahan mineral, air, udara, bahan organik, dan mahluk hidup (tumbuhan tingkat tinggi, binatang, bakteri, jamur, ganggang – algae, dan protozoa). Sususan bahan-bahan tersebut bervariasi, umumnya air dan udara dalam tanah porsinya bisa mencapai 50%. Udara dan air memberi porisitas pada tanah. Bagian mineral biasanya tidak sampai mencapai 50%, mineral berasal dari pelapukan batuan. Bahan organik biasanya mencapai 3 – 6%. Sedangkan jasad renik dalam tanah yang aktivitasnya sangat mempengaruhi keseimbangan lingkungan tanah, biasanya jumlahnya kurang dari 1%.

Sifat fisik dan kimia tanah akan menentukan keadaan lingkungan tempat tumbuh jasad renik. Keadaan lingkungan yang baik akan memberikan keragaman jenis komunitas jasad renik yang ada, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Lingkungan tanah tempat hidup jasad renik yang baik ditentukan oleh air, udara, dan sumber nutrisi dari zat organik maupun anorganik yang tersedia. Hubungan antara tanah dan jasad renik menjaga keseimbangan lingkungan tanah. Tanah memelihara keadaan dari perubahan drastis yang terjadi karena kondisi cuaca.

Secara mikrobiologi, tanah dapat dipandang sebagai wadah, media yang dinamis untuk para penghuni bawah tanah dengan kandungan zat yang sebelumnya tidak bisa diambil langsung oleh tanaman menjadi bisa diambil melalui bantuan jasad renik. Jasad renik dalam tanah tidak hidup sendirian. Kehidupan jasad renik merupakan bagian dari sistem kehidupan dalam lingkungan yang saling kait mengkait diatur oleh keseimbangan lingkungan secara keseluruhan. Aktivitas manusia mempengaruhi keseimbangan kehidupan dalam tanah, misalnya menyemprot tanaman dengan fungisida akan dapat membunuh jamur tetapi juga akan menyebabkan kehidupan jasad renik lainnya terganggu.

4. Biota Pengurai - Pekerja Pengolah Makanan

Mahluk hidup penghuni tanah terdiri dari bergai jenis, baik yang berukuran besar (makro) maupun berukuran kecil (mikro). Jasad besar (makro organisme) seperti akar tanaman, cacing , berbagai jenis kumbang dan serangga lainnya adalah penghuni yang dapat dilihat secara kasat mata. Sedangkan jasad renik (mikro organisme) terdiri dari bakteri, mycoriza (ragi), jamur, ganggang (algae), protozoa, dan virus.

Bakteri atau kuman sering diartikan negatif. Dunia ilmu pengetahuan mengenal kuman dalam kaitan dengan kehidupan kita menjadi dua kelompok besar, yaitu bakteri pathogen dan bakteri probiotik. Bakteri pathogen merupakan bakteri yang menyebabkan sakit, misalkan Cholera, Typhus, TBC, atau bakteri yang menyebabkan penyakit pada tanaman dan hewan ternak. Selain bakteri, ada jenis ragi dan jamur yang juga dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan Bakteri Probiotik adalah bakteri yang menguntungkan bagi manusia seperti bakteri Lactobacillus dalam usus yang membantu pencernaan makanan dan ragi untuk membuat tape atau tempe.

Biota pengurai (dekomposer) bahan organik memegang peranan penting dalam menjaga keberlanjutan hidup. Melalui aktivitas hidupnya, bahan organik dari tumbuhan atau hewan yang mati diurai menjadi unsur-unsur yang sederhana dan dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Akan tetapi, biota pengurai memerlukan kondisi yang cocok untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Dalam kondisi lingkungan yang kurang mendukung, seperti ketersediaan makanan kurang, kurang air, terlalu asam, atau, jika dalam tanah kurang udara, maka bakteri, ragi, dan jamur sulit tumbuh.

Hubungan antara kehidupan jasad renik dengan kehidupan tanaman sangat unik. Jasad renik yang tumbuh di sekitar tanaman akan menghasilkan unsur-unsur seperti mineral, vitamin, enzim, dan hormon yang dapat memberi manfaat untuk kesuburan tanaman. Demikian juga tanaman yang menghasilkan daun-daun berguguran dan kondisi lingkungan yang teduh dan lembab akan memberi lingkungan yang baik untuk jasad renik tumbuh berkembang. Di dalam hutan dengan tanaman yang tumbuhan lebat biasanya terus menerus terjadi peguraian sisa-sisa tanaman yang akan membuat tanah di sekitarnya menjadi gembur dan subur baik untuk jasad renik maupun untuk tanaman itu sendiri.

B. Teknik Pengomposan
1. Belajar dari Kearifan Leluhur


Sejak dahulu manusia sudah menerapkan proses alamiah pengomposan untuk tujuan menggemburkan tanah atau membuat lingkungan tanah agar menjadi subur. Salah satu proses yang sederhana adalah mengambil humus dari hutan kemudian dicampur dengan tanah pertanian. Cara ini dimaksudkan untuk menularkan kondisi humus agar dapat memperbaiki tanah pertanian yang diberi humus. Proses yang lain adalah menimbun sampah atau bahan organik dalam kondisi yang lembab dan membiarkan sampai lapuk kemudian memanfaatkan lapukan bahan organik sebagai kompos. Lubang sampah yang dibuat di pekarangan dan pojokan lahan sawah atau tegal menjadi tabungan pupuk sekaligus sumur resapan. Praktek-praktek sederhana ini dijalankan secara tekun oleh nenek moyang kita, tanpa ajaran teknologi.

Kotoran hewan memamah biak (sapi, kerbau, atau kambing) dapat juga digunakan sebagai bahan untuk kompos dengan harapan jasad renik yang lepas dari hewan itu dapat terus bekerja mengurai bahan-bahan organik yang masih tersisa. Penggunaan kotoran hewan bahkan manusia sudah dilakukan sejak dahulu. Kearifan leluhur ini didasarkan pada pitutur “GEMI LEMI” yang diturunkan dari generasi ke generasi. Akan tetapi, perjalanan warisan kearifan leluhur ini terpangkas oleh sebuah gerakan intensifikasi pertanian yang terkenal dengan istilah “Revolusi Hijau”. Perubahan budaya dan sosial masyarakat tani ini mesti dibayar mahal dengan ancaman kemandegan dari keberlanjutan pertanian.

2. Mempercepat Proses Dekomposisi

Teknologi untuk mempercepat proses dekomposisi mulai diperkenalkan kepada petani indonesia awal tahun 90-an. Prinsip percepatan dekomposisi adalah pengkayaan nutrisi dan stimulus jasad renik pengurai serta menciptakan kondisi lingkungan sekitar yang mendukung, seperti kelembaban, aerasi, dan dan keasaman (pH). Dengan upaya ini juga jumlah jasad yang bekerja untuk proses dekomposisi dapat mencapai lebih dari 20% jumlah biomas yang diuraikan. Jasad renik pengurai umumnya adalah jasad renik probiotik yang dapat ditemukan di sekitar kita. Kebutuhan hidup jasad renik pengurai biasanya juga sangat sederhana, berupa mineral dan nutrisi dengan kandungan karbohidrat yang cukup. Percepatan proses dekomposisi dengan metode pengkayaan nutrisi dan stimulus jasad renik pengurai ini menjadi teknik pengomposan yang terus berkembang dari tahun ke tahun.

Teknik mengisolasi dan memperbanyak jasad renik pengurai diterapkan untuk menyediakan perombak bahan organik dalam jumlah yang cukup banyak. Teknik ini sebenarnya sangat sederhana dengan tiga prinsip yang harus dijalankan, yaitu; (1) membuat media isolasi atau perbanyakan yang steril, (2) menyediakan makanan dengan komposisi yang pas seperti kandungan gula antara 3-5%, dan (3) mengambil sumber jasad renik yang sudah teradaptasi dengan lingkungan kita. Akan tetapi keberhasilan teknik ini direspon para pelaku usaha untuk membuat produk pro-biotik.

Persoalan yang muncul adalah masyarakat menanggapi teknologi ini begitu sederhana. Perubahan pola pikir yang ingin serba praktis dan cepat, membentuk perilaku komsumtif dengan membeli produk tanpa pemahaman akan proses kerjanya. Pada akhirnya, teknologi percepatan proses dekomposisi hanya berdampak pada kekaguman dan penerapan selintas. Prinsip menciptakan perputaran nutrisi tidak dijalankan dan hanya cenderung menggunakan pupuk organik. Banjir pupuk organik dengan berbagai bentuk menciptakan ketergantungan baru bagi petani. Gerakan pertanian organik sering hanya ditandai dengan penggunaan pupuk organik.

3. Membuat Biang Kompos

Jasad renik pengurai sebenarnya secara alamiah ada di sekitar kita dan berkembang ketika ada makanan dan kondisi yang cocok. Sisa panen atau makanan yang membusuk adalah tempat di mana jasad renik pengurai berada. Jenis jasad renik tergantung jenis bahan organik yang diurai, seperti pembusukan buah pisang oleh Bakteri Lakto, sedangkan pembusukan buah nanas oleh Bakteri Anona. Pembusukan umbi-umbian seperti bawang merah, talas, dan empon-empon juga mempunyai jasad renik jenis tersendiri. Dari bahan makanan yang merupakan hasil proses fermentasi, kita juga dapat menemukan jenis jasad renik khusus, seperti pada tempe, tape, atau cuka. Akan tetapi, jika kita membutuhkan jasad renik dengan berbagai jenis dan aktif bekerja, rumen (kotoran ternak di dalam perut) dan humus dari hutan adalah sumber bahannya.

Secara umum Biang kompos atau biota pengurai mengandung lima kelompok mikro-oganisme utama yaitu (1) bakteri fotosintetik, (2) bakteri asam laktat, (3) Ragi (yeast), (4) Actinomycetes dan (5) jamur fermentasi. Meskipun tiap kelompok mikro-organisme ini mempunyai fungsi masing-masing dalam proses dekomposisi. Akan tetapi Bakteri Fotosintetik adalah pelaksana terpenting karena mendukung fungsi mikroorganisme lain dan memanfatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lainnya. Cara membuat biang kompos melalui proses fermentasi bahan-bahan yang dapat mengasilkan ke lima kelompok mikro-organisme tersebut. Salah satu cara yang sederhana adalah sebagai berikut:

Bahan-bahan :
• 2 liter susu sapi atau susu kambing murni (perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang)
• 1 kg rumen atau Isi usus ayam/kambing, (yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus).
• 250 gram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan)
• 1 buah nanas (proses pembusukan nanas yang dilakukan bakteri Anona juga berfungsi untuk menghilangkan bau)
• 0,5 kg Gula pasir (perasan tebu)
• 2 kg bekatul
• 10 liter air bersih
• Alat; Panci, kompor, blender, parutan, dan kain penyaring.

Cara pembuatan :
• Nanas diparut atau diblender.
• Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati. Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
• Tambahkan susu dan rumen lalu aduk sampai rata.
• Wadah fermentasi ditutup rapat selama satu hari dan akan timbul gelembung-gelembung. Aduk kembali adonan ini selama sepuluh menit dan tutup kembali rapat rapat.
• Setelah dua hari, proses fermentasi akan selesai dan mengahasilkan larutan yang kental/lengket.

Catatan :
Biang kompos ini akan menjadi pasif jika tidak dikembangkan pada media tumbuh yang lain. Oleh karena itu, kita perlu memperbanyak sekaligus memperkaya kandungan biota pengurainya.

4. Berternak Biota Pengurai

Biang kompos yang sudah jadi diperbanyak sebelum digunakan sebagai starter pengomposan. Selain menambah jumlah biota pengurai, proses perbanyakan juga untuk mengatifkan sehingga akan cepat berfungsi. Cara sederhana memperbanyak atau beternak biota pengurai adalah sebagai berikut:

Alat dan Bahan

• 1 liter biang kompos.
• 1 kg bekatul sebagai sumber nutrisi jasad renik
• ¼ kg gula merah atau tetes tebu sebagai sumber energi jasad renik
• ¼ kg terasi sebagai salah satu sumber bio-fermentasi.
• 5 liter air sebagai pelarut bahan
• Alat yang diperlukan; ember, pengaduk, dandang/panci untuk memasak, saringan dari kain dan botol untuk menyimpan produk jadi.

Cara Pembiakan:
• Panaskan 5 liter air sampai mendidih, kemudian masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula, lalu aduk hingga rata (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu).
• Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin dan masukkan ke dalam tong atau wadah fermentor (jika tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
• Masukkan biang bakteri dari bahan tertentu (pisang, nanas, humus) lalu aduk sampai rata. Dan ditutup rapat.
• Proses fermentasi berlangsung selama dua hari. Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit.
• Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup tapi jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigen dari udara).
• Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos baik dalam bentuk cair maupun padat.

Catatan:
Hasil fermetasi biang kompos ini jika ingin digunakan harus dilarutkan dulu ke dalam larutan gula 3-5%. Konsentrasi larutan biang kompos berkisar 10-20% dan disiramkan / disemprotkan pada bahan organik yang kan dibuat kompos. Sedangkan ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dengan menambahkan air matang dingin dan gula 3-5% saja.

5. Teknik Pengomposan

Pada dasarnya pengomposan adalah pengaturan ruang dan bahan sehingga kondisinya sesuai dengan kebutuhan hidup jasad renik pengurai. Ketersediaan tempat dan makanan akan mendorong jasad renik lebih aktif dan berkembang secara maksimal. Proses perombakan fisik dapat dimanipulasi atau dibantu dengan memotong atau mencacah bahan organik. Semakin kecil ukuran bahan organik maka permukaannya akan semakin luas, sehingga memberi kesempatan yang lebih besar untuk perkembangan jasad penguarai. Contoh sederhana pengomposan adalah sebagai berikut:

Bahan dan alat:
• 200 kg seresah atau bahan organik dari sisa panen atau biomasa tanaman.
• 200 kg kotoran hewan; selain sebagai bahan organik juga penyedia biota pengurai.
• 100 kg arang sekam / berambut; berfungsi sebagai pembentuk pori, penetral keasaman sekaligus juga penghilang bau busuk.
• 5 kg dedak atau bekatul; sumber makanan bagi biota pengurai.
• 1 kg tetes (molasses) atau gula merah; sumber energi biota pengurai.
• Kapur pertanian 2 kg; sebagai penetral keasaman.
• 1 liter biang kompos (massa bakteri)
• Air secukupnya
• Alat; cangkul, sekop, ember, gembor.

Cara Pembuatan:
• Bahan organik (daun-daunan) dipotong-potong atau dihancurkan agar ukurannya menjadi lebih kecil.
• Semua bahan organik (daun, kotoran hewan, arang sekam) ditumpuk secara berlapis. lapisan paling bawah adalah hijauan (daun-daunan), kemudian pupuk kandang, diatasnya arang sekam dan paling atas adalah dedak dan kapur pertanian. Dalam satu tumpukan paling tidak ada tiga lapisan dengan ketebalan tiap bahan kurang lebih 20 cm.
• Campurkan bakteri ke dalam air dan ditambah molasses atau air gula kemudian siramkan di atas setiap lapisan.
• Tutup dengan plastic, daun-daunan atau tanah tipis-tipis. Tiap 4-5 hari sekali disiram dengan air dan diaduk-aduk.
• Dalam 12 -15 hari kompos sudah jadi.

Teknik pengomposan berkembang dari waktu ke waktu, untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat dan cenderung meningkatkan kepraktisannya.







6. Teknik Fermentasi

Pada dasarnya fermentasi adalah proses pengomposan dalam kondisi anaerob (tidak tersedia oksigen). Pemahaman di masyarakat, umumnya fermentasi dipahami sebagai proses pengomposan limbah cair. Limbah cair ternak (unine) sangat kaya akan asam amino dan senyawa hara bentuk lainnya. Urine yang difermentasi mengandung unsur nitrogen yang terikat dengan unsur lain yang cukup tinggi. Contoh sederhana pengomposan adalah sebagai berikut:

Bahan dan alat:
• 100 liter urine ternak (sapi atau kelinci).
• 2 kg rumen (kotoran hewan yang masih ada di perut).
• 5 kg dedak atau bekatul
• 5 kg tetes (molasses) atau gula merah
• 1 kg trasi
• 2 kg pertanian.
• 1 liter biang kompos (massa bakteri)
• Empon-empon
• Alat; Wadah fermentor (didesian khusus), kompor, panci atau wadah untuk memasak lainnya, ember.

Cara Pembuatan:
• Memasak 10 liter air sampai mendidih kemudian bekatul, gula merah, trasi dimasukkan dan diaduk merata.
• Membuat larutan empon-empon dengan memarut dan memasaknya.
• Urine ternak dimasukkan ke dalam wadah fermentor kemudian masukkan rumen dan biang kompos lalu aduk-aduk.
• Masukkan 2,5 liter larutan bekatul, gula merah dan trasi kemudian aduk sampai merata.
• Biarkan bahan ini mengalami proses fermentasi selama 3 hari. Pada hari ke empat masukkan lagi 2,5 liter larutan bekatul. Proses ini diulang sampai empat kali yang berarti sampai mencapai 12-15 hari fermentasi.
• Pada hari ke 15 masukkan larutan empon-empon dan biarkan terfermentasi selama satu hari.
• Hasil fermentasi urin ini disaring dan dimasukkan ke dalam wadah yang bersih atau botol dan siap untuk digunakan atau disimpan.

Catatan: Penggunaan fermentasi urine harus dilarutkan dengan konsentrai 5 % untuk disiramkankan dan 10% jika disemprotkan.








C. Praktek Pengomposan Terpadu
Kita akan kesulitan mendapatkan praktek pengomposan dengan teknik konvensional yang berkelanjutan. Selain perusahaan yang memang bergerak dalam usaha pembuatan pupuk organik, para petani merasa enggan melakukan secara mandiri. Beberapa petani melakukan pengomposan secara sederhana dan tidak menargetkan percepatan waktu. Praktek pengomposan yang dipadukan dengan usaha lainnya, lebih diminati ketimbang terpaku pada pengomposan.
1. Keranjang Dekomposer Sampah Rumah Tangga

Sampah organik rumah tangga, seperti sisa memasak dan sisa makanan selalu ada di setiap hari. Kita sering membuang sampah tersebut bercampur dengan sampah lain tanpa memperhatikan bahayanya proses pembusukan di sekitar rumah dan potensi berharganya sampah tersebut. Jika sampah rumah tangga dapat diolah menjadi kompos dan dimanfaatkan sebagai media tanam di pekarangan dan pot, kita akan mendapat keuntungan yang berlipat. Selain sumber gizi dan berkhasiat obat, budidaya tanaman di pekarangan juga meningkatkan nilai estetika rumah dan status sosial pemiliknya.

Langkah kerja pengolahan sampah organim rumah tangga adalah:

1. Pemilahan Sampah: Pilah-pilah sampah sesuai dengan bahannya seperti, sampah organik, kertas, platik, dan kaca. Tempatkan masing-masing jenis sampah pada tempat berbeda dan khusus untuk sampah organik harus segera diolah dalam tempat khusus atau keranjang dekomposer.
2. Keranjang Dekomposer; Siapkan keranjang dari plastik atau bahan lain dengan ukuran menampung sekitar 25-50 kg sampah. Pada dinding kerajang bagian dalam dilapisi dengan karton bekas kemasan produk untuk menyerap cairan kompos. Sedangkan pada bagian bawah dan atas dipasang bantal yang berisi sekam bakar.
3. Cairan Dekomposer: Siapkan cairan yang berisi biang kompos pada alat semprot ukuran 1 liter. Biang kompos dapat dibuat lebih dahulu dengan melakukan fermentasi buah nanas dan gula (lihat bab membuat biang kompos).
4. Peranjangan Sampah: Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang dekomposer sampah organik harus dipotong-potong lebih dahulu supaya ukurannya menjadi lebih kecil. Setelah sampah dimasukkan ke dalam keranjang, semprot dengan biang kompos sampai basah (jangan terlalu berair). Tutup dengan bantal sekam bakar dan diberi beban. Jika kita mempunyai sampah lagi, kita tinggal membuka bantal sekam dan mengaduk-aduk sampah baru ditambahkan potongan sampah baru. (Proses ini selalu dilakukan ketika kita mempunyai sampah organik).
5. Pembusukan sampah: proses pembusukan (dekomposisi) sampah berlangsung secara semi aerob (butuh oksigen dalam jumlah kecil) dan membutuhkan waktu 30-40 hari. Jika sampah terlalu becek dan berbau busuk, segera sebarkan arang sekam di atasnya setebal 1 cm.

Teknik mengolah sampah dalam keranjang dekomposer pada awalnya dikenal dengan istilah “Takakura”, dan model ini terus berkembang dengan berbagai modifikasi sesuai potensi masyarakat. Teknik ini biasanya mengundang minat dan lebih diterapkan oleh masyarakat di perkotaan yang tidak punya lahan pekarangan. Pekerjaan mengolah sampah organik rumah tangga memang mudah dan sederhana. Akan tetapi jika tidak diikuti dengan niat, minat dan ketekunan, niscaya pekerjaan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan.

2. Sumur Resapan dan Tabungan Kompos

Banyak petani menggali tanah dengan ukuran tertentu untuk menumpuk bahan organik (seresah sisa tanaman). Mereka akan menutup lubang tersebut jika sudah penuh dengan seresah dan akan membongkarnya beberapa bulan kemudian. Praktek ini sebenarnya cukup menarik jika dikombinasikan dengan teknik membuat sumur resapan. Penentuan lokasi dan pengaturan aliran air secara tepat akan membantu masuknya air hujan ke dalam lapisan tanah dalam. Hal lain yang perlu ditambahkan adalah memberi lapisan ijuk dibagian dasar setebal 20 cm sebagai penyaring sekaligus untuk mengurangi penggenangan air.

Berdasar pengalaman beberapa petani, teknik ini cukup membantu jika dipraktekkan pada lahan tegal atau pekarangan yang sering kekeringan. Kelembaban tanah yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di musim kemarau. Masuknya air ke dalam tanah juga berpengaruh pada ketersediaan air di sumur yang digunakan sebagai sumber air baku keluarga.

Pertimbangan utama dalam membuat sumur resapan dan tabungan kompos adalah kondisi tekstur dan struktur tanah. Pada tanah ringan dan berpotensi longsor, ukuran sumur resapan harus kecil (1x1 M dengan kedalaman 1,5 meter). Pada tanah berat dengan kandungan liat yang tinggi, ukurasn lubang dapat diperlebar (2x2x2 meter). Untuk menghambat terjadinya longsor, pada bagian atas diperkeras dengan lapisan batu dan semen.




3. Budidaya Jahe di Lobang Seresah

Beberapa masyarakat yang tinggal di daerah penggunungan, bercocok tanam jahe di dalam lobang tanah yang dimasuki seresah. Mereka membuat lubang berukuran 2x2x2 meter pada lahan yang datar dan kondisinya lembab (biasanya dekat rumpun bambu). Pada awalnya lobang tersebut dimasuki seresah sampai hampir penuh dan ditunggu beberapa bulan. Setelah lapisan seresah terdekomposisi dan menipis sampai seper-empat (1/4) kedalaman lubang, mereka menebar bibit jahe dan menutupnya dengan tanah tipis-tipis. Tanaman jahe akan tumbuh cepat jika mendapat air dan kondisi lembab. Jika tanaman jahe sudah tua dengan daun-daun menguning dan roboh, mereka menambahkan lagi seresah sampai memenuhi lubang. Setelah seresah yang baru mengalami proses dekomposisinya dan menipis, mereka menebar lagi bibit jahe dan ditutup tanah tipis-tipis. Demikian seterusnya, sampai mereka mendapat tiga lapisan bibit jahe yang ditebarkan.

Praktek bercocok-tanam jahe dalam lobang seresah ini sangat menarik. Masyarakat mendapat tiga keuntungan, yaitu (1) berfungsi sebagai resapan air, (2) tabungan kompos, (3) panen jahe. Kelemahan praktek ini adalah satu siklus usaha membutuhkan kisaran waktu 14-16 bulan, sehingga dalam produktivitas waktu untuk menghasilkan kompos sangat lambat. Jika kita dapat mengatur waktu membuat lubang secara berkala, dimungkinkan produk kompos akan lebih cepat. Akan tetapi untuk panen jahe tetap membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

4. Arisan Kompos

Petani sering memberikan alasan tenaga dan bahan yang tidak cukup, jika ditanya mengapa tidak membuat kompos. Jerami yang berlimpah di musim panen, sering dibiarkan tertumpuk di pojokan sawah atau berserakan di pematang. Untuk menjawab persoalan mereka, beberapa kelompok tani menjalankan arisan kompos. Lima orang petani bersepakat untuk bekerjasama membuat kompos dengan cara bergiliran. Seperti arisan uang, mereka menentukan siapa yang akan dibantu membuat kompos dengan cara dilotre. Mereka secara bersama mengumpulkan bahan organik dan iuran membeli kotoran ternak. Kemudian secara gotong royong, mereka membuat kompos pada lahan anggota yang memenangkan lotre. Dua minggu berikutnya, proses ini diulang dengan menentukan anggota lain yang akan dibantu.

Pola kerjasama arisan kompos menarik untuk diterapkan. Poin pentingnya adalah upaya perbaikan lahan menjadi tanggung-jawab bersama. Jumlah anggota arisan dapat diperbanyak tetapi jumlah orang yang mendapat jatah juga diperbanyak. Setiap anggota harus menyediakan lahan dalam luas tertentu untuk pembuatan kompos. Lahan diupayakan dekat dengan sumber bahan organik, pengaturan air mudah dan permukaan datar.




5. Tong Penghasil Lindi

Masyarakat lebih suka menggunakan pupuk cair ketimbang kompos padat, karena dianggap lebih praktis dan hasilnya lebih cepat kelihatan. Akan tetapi fungsi pupuk cair lebih sebagai sumber nutrisi dan biota pengurai. Sedangkan pupuk organik padat, selain kedua fungsi tersebut adalah sebagai pembenah tanah dengan penambahan bahan organik. Nilai dampak keberlanjutan pupuk padat lebih tinggi dibanding pupuk cair. Cara membuat lindi pupuk cair secara sederhana adalah sebagai berikut:

Bahan dan Alat:
• 1 liter biang kompos atau massa bakteri
• 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar
Catatan: Jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti pisang, bambu, dan lain-lainnya). Daun berukuran kecil seperti daun lamtoro mengandung nitrogen tinggi. Sedangkan daun yang tipis tapi lebar seperti bayam banyak mengadung unsur kalium.
• 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
• 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu dan dicairkan dengan air
• 30 kg kotoran hewan
• 200 liter air atau secukupnya.
• Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat

Cara Pembuatan:
• Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam drum dan ditambah cairan gula dan terasi kemudian diaduk-aduk.
• Larutkan bakteri dicampur dengan air dan dimasukkan ke dalam drum.
• Drum ditutup rapat tapi diberi selang yang dihubungkan dengan air..
• Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan lindi bisa dipanen setiap hari sesuai dengan kebutuhan.
• Lindi disaring dan dimasukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. Sedangkan ampas yang masih mengandung bakteri ditambah tambah air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Demikian seterusnya.

Kegunaan:
• Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
• Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
• Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.






6. Gudang Silase

Makanan ternak yang bersifat awet dan dan dapat disimpan sangat dibutuhkan masyarakat. Kelimpahan makanan di musim hujan atau masa panen meski diolah untuk mempersiapkan kebutuhan di musim kemarau. Melalui teknik pengomposan, kita dapat membuat makanan ternak yang disimpan dan digunakan dalam waktu yang cukup lama. Cara membuat silase secara sederhana adalah sebagai berikut:

Bahan dan Alat:
• 20 kg daun-daunan yang mengandung nitrogen tinggi. Biasanya tersedia dari tanaman polong-polongan seperti kaliandra, petai, turi, dll.
• 100 kg rumput
• 400 kg jerami kering
• 1 kg tempe busuk
• 5 kg gula merah atau tetes/molases
• Beberapa butir ragi (jika untuk makanan ternak jantan)
• 10 liter air.
• Bambu untuk aerasi
• Ember, panci untuk memasak.

Cara Pembuatan:
• Rebus air sampai mendidih kemudian masukkan gula/tetes dan aduk sampai rata. Estela agak hangat masukkan tempe busuk dan terus aduk sampai hancur.
• Daun-daunan ditumbuk lalu dimasukkan ke dalam larutan dan dibiarkan selama satu hari.
• Jerami ditumpuk pada tempat khusus yang sudah dipasangi bambu untuk aerasi. Lapisan pertama setinggi 20-30 cm, kemudian di atasnya ditumpuk rumput sambil dipotong-potong dan disiram dengan larutan gula.
• Penumpukan ini terus dilakukan sampai mendapatkan lima Lapisan jerami dan rumput.
• Proses fermentasi selama 12-15 hari.

Kegunaan:
• Jerami menjadi awet dan renyah, siap untuk makanan ternak.














D. Biogas
Tehnologi biogas sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sekitar tahun delapan puluhan, teknologi ini sudah diperkenalkan dengan kontruksi kubah (dom). Akan tetapi, samping mahal kontruksi ini membutuhkan persyaratan yang cukup sulit untuk dikembangkan. Kubah beton dengan diameter 6 m dan membutuhkan kotoran sapi yang cukup banyak untuk menghasilkan gas dalah salah satu kelemahannya. Konstruksi biogas yang cukup sederhana, murah dan bisa dibangun oleh masyarakat dalam skala rumah tangga menjadi pilihannya.

Persoalan limbah ternak yang sangat berlimpah semakin komplek jika tidak dikelola secar baik. Satu ekor sapi secara rata-rata menghasilkan 20 Kg kotoran padat dan cair. Selama ini potensi bahan organik ini dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan manusian dan lingkungan. Kebiasaan masyarakat pedesaan yang menumpuk kotoran ternak di dekat kandang sampai selama enam bulan, memang bisa menjadi sumber penyakit dan pencemar air. Oleh karena itu teknologi biogas dapat menjadi salah satu solusi untuk menjawab persoalan ini, sekaligus membuka ruang baru bagi penyediaan energi secara mandiri.

Teknologi biogas dengan bahan plastik Poly Ethylene (UV) cukup menjanjikan karena murah dan mudah dilakukan dalam sekala rumah tangga yang rata-rata hanya memiliki dua ekor sapi. Secara sederhana urutan membuat teknologi biogas ini adalahsebagai berikut:

1. Membuat digester dan tandon gas
 Potong lembaran plastik Poly Ethylene (UV) yang berupa lembaran plastik rangkap dengan ukuran 5 m (untuk tendon gas) dan 7 m untuk digester.
 press kedua ujung plastik dengan menggunakan press plastik atau menggunakan lilin. Sisakan sedikit lubang (30 cm) pada bagian tengah untuk pemasangan pipa lubang masuk (in let) dan lubang keluar (out-let) digester.
 Bentangkan 2 lembar plastik tersebut di halaman yang luas dan datar, kemudian Ikat kedua lubang masuk dan keluar digester dengan tali. Masukkan udara dengan menggunakan blower atau pompa ban sampai plastik tersebut mengembang sempurna.
 Untuk menguji kebocoran sambungan plastik, larutkan detergen dengan air kemudian siramkan dengan hati-hati pada plastik. Amati jika ada gelembung udara yang muncul. Perbaiki bagian yang bocor.
2. Memasang lubang keluaran gas
 Letakkan cincin karet yang diapit oleh cincin PVC pada lubang keluaran gas lalu sambungkan dengan shock drat dalam dan luar, sehingga terdapat lubang keluaran gas yang kedap udara. Gunakan lem PVC untuk memperkuat sambungan tersebut.
 Sambungkan ujung PVC tersebut dengan selang air dan kunci dengan menggunakan klem agar sambungan tersebut tidak bergerak.
3. Memasang lubang masuk (in let) dan keluar (out let)

 Potong PVC sebagai lubang masuk dan lubang keluar. Sambungkan dengan Knee dan atau T, kemudian masukkan paralon pada lubang keluar.
 Masukan plastik digester dan lipat plastik sisa mengelilingi paralon lalu ikat dengan karet ban. Untuk melindungi karet agar tahan lama, lapisi sambungan tersebut dengan menggunakan isolasi ban.
4. Membangun instalasi digester
 Gali lubang tanah dengan ukuran 7m x1m x 1m (desain ini cukup untuk minimal 2 ekor sapi). Jika kondisi permukaan tanah miring dan bersifat labil, dianjurkan menggunakan konstruksi batu bata.
 Letakkan plastik digester pada galian dan usahakan platik tidak tertekuk, terpelintir, terlipat atau tertusuk sisa perakaran yang menyebabkan plastik bocor.
 Isi digester tersebut dengan udara sampai mengembang sempurna lalu lipat ujung selang keluaran gas sehingga udara tidak keluar.
 Isi paralon lubang masukan dan keluaran dengan air untuk menghalangi agar udara tidak keluar.
 Digester siap diisi dengan kotoran ternak.
5. Membangun instalasi bak pemasukan dan bak keluaran
 Bak pemasukan dan keluaran bisa dibuat dari pasangan batu semen atau bak platik.
 Sambungkan pipa paralon dengan bak penampung atau bak keluaran.
 Periksa kembali agar tidak terjadi kebocoran pada sambungan tersebut.
6. Membuat regulator gas
 Regulator gas berfungsi untuk mengatur tekanan gas. Jika gas tidak digunakan maka tekanan gas dalam tendon gas dan digester menjadi tinggi yang dalam jangka panjang tekanan ini akan merusak plastik.
 Regulator dibuat dari pipa paralon atau botol aqua 1 liter. Sambung paralon menggunakan paralon T. Sambungkan dua ujung T ke paralon dari digester dan paralon menuju tendon gas. Ujung T ketiga dimasukkan kedalam botol aqua atau paralon tertutup dengan lubang pada bagian atasnya. Isi botol aqua atau tabung paralon dengan air.
 Jika tekana gas penuh regulator akan melepas tekanan gas. Jika tekanan gas kurang, regulator meneruskan tekanan gas untuk disimpan dalam tandon gas.
7. Modifikasi Kompor Gas
 kompor gas yang dijual secara umum dan kompor gas bantuan program konversi minyak tanah dirancang untuk digunakan dengan menggunakan LPG dengan tekanan gas yang cukup tinggi, sementara tekanan dari biogas tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi tertentu.
 Pipa besi gas diganti dengan paralon ½” sedangkan spuyer dibuang atau disambung langsung dan tidak difungsikan. Sementara bagian lain tetap seperti semula. Penggunaan kompor seperti penggunaan kompor biasa kecuali pemantik otomatis yang tidak bisa difungsikan.
 Sambungkan kompor yang telah disesuaikan dengan selang dari biogas.
 Pada waktu menggunakan kran biogas dibuka dan disukut dengan api secara hati-hati.
8. Pengoperasian
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian biogas adalah laju pengumpanan kotoran sapi. Jika jumlah sapinya 2 ekor maka pemasukan kotoran sapi harus dimasukkan setiap hari. Akan tetapi, jika jumlah sapi lebih dari 6 ekor maka tidak semua kotoran bisa dimasukkan. Jika kotoran terlalu banyak, kotoran sapi yang ada di dalam akan keluar lagi, karena terdorong oleh kotoran yang baru sehingga gas belum sempat dihasilkan.
9. Pemeliharaan
Kebocoran digester yang pernah terjadi adalah tertimpa ranting pohon, terinjak kucing atau ayam. Platik sangat peka terhadap tekanan tertentu terutama jika saat terisi gas. Untuk mengurangi resiko ini anyaman bambu bisa dipakai sebagai penutup. Jika plastik gas tidak pernah terisi penuh ada kemungkinan terjadi kebocoran pada plastik gas. Jika disertai bau yang cukup menyengat kemungkinan kebocoran terjadi di plastik digesternya. Gunakan sabun detergent yang dilarutkan dalam air untuk melacak titik kebocoran. Gunakan lakban untuk menambal titik yang bocot.



BAHAN PEMBUATAN KONTRUKSI BIOGAS


















1. Alat Pres Plastik
2. Blower
3. Plastik PE (Poly ethylene) ukuran 7 m x 1 m untuk tabung digester dan 5x1 m tendon gas
4. Klem
5. Selang dan lem PVC
6. T PVC (Paralon)
7. Cincin Karet dan PVC
8. Tali karet dari bekas ban dalam sepeda motor
9. Isolasi
10. Sock drat dalam ½” dan shock drat dalam luar ½”






PROSES PEMBUATAN KONTRUKSI BIOGAS











1. Memotong plastik PE sepanjang 7 meter dan 5 meter
2. Pengepresan ujung platik yang berlubang
3. Pemasukan gas dengan blower
4. Pengetesan kebocoran plastik
5. Memasang lubang keluaran gas
6. memasang selang untuk aliran gas
7. Menguji kebocoran
8. Memasang lubang masuk (in let)
9. Memasang lubang keluar (out let)
10. Membangun instalasi digester
11. Membangun instalasi bak pemasukan dan bak keluaran
PROBIOTIK

1. Bakteri Fotosintetik ( Rhodopseudomonas spp )
Bakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa yang bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organic dan atau gas-gas berbahaya (misalnya hydrogen sulfide), dengan menggunakan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif dan gula, yang semuanya mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hasil-hasil metabolisme yang diproduksi oleh bakteri ini dapat diserap langsung oleh tanaman dan juga berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus dapat bertambah. Jadi pertumbuhan bakteri fotosintetik di dalam tanah juga akan meningkatkan pertumbuhan bakteri lainnya, sebagai contoh VA mycorhyza dalam zona perakaran akan bertambah karena tersedianya senyawa-senyawa nitrogen (asam amino) yang dikeluarkan bakteri fotosintetik yang berguna sebagai substrat. VA mycorhyza dapat hidup berdampingan dengan Azotobacter, sebagai baketri pengikat nitrogen dan meningkatkan kemampuan tanaman leguminosa untuk mengkat nitrogen.
2. Bakteri Asam Laktat( Lactobacillus spp.)
Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula dan karbohidrat lain yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik dan yeast (ragi). Berbagai jenis makanan dan minuman seperti yogurt dan asinan, sudah sejak lama dibuat orang dengan menggunakan bakteri asam laktat. Namun bakteri asam laktat sendiri adalah suatu zat yang dapat mengakibatkan kemandulan (sterilizer). Oleh karena itu asam laktat akan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organik. Baketri asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organic seperti lignin dan sellulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa-senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik. Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk menekan pertumbuhan Fusarium, yaitu suatu mikroorganisme merugikan yang menimbulkan penyakit pada lahan yang terus menerus ditanami.
3. Ragi/Yeast (Saccharomyces Spp)
Melalui proses fermentasi Ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organic dan akar-akar tanaman. Zat-zat bioaktif seperti hormone dan enzim yang dihasilkan oleh Ragi meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik untuk mikroorganisme effectif seperti bakteri asam laktat dan Actinomycetes.
4. Actinomycetes
Actinomycetes merupakan suatu grup mikroorganisme yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur, mereka menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbhan jamur dan bakteri. Actinomycetes dapat berdampingan dengan baketri fotosintetik. Dengan demikian kedua spesies ini sama-sama meningkatkan mutu lingkungan tanah, dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.
5. Jamur Fermentasi
Jamur fermentasi (peragian) seperti Aspergilus dan Penicillium menguraikan bahan organic secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat yang merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya.

Salam Petani

Timbul Joglo Tani